Wujudkan Mimpi Emak Ke Tanah Suci

by - Monday, May 09, 2011


Wajahnya bahagia, hatinya gembira dan bibirnya tersenyum. Ketika ia melihat berita di televisi tentang jamaah haji Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci. Sudah berpuluh – puluh tahun ia memendamkan mimpi untuk pergi ke Tanah Suci. Dan mimpi itu tak pernah padam dalam ingatannya.

Selalu ia berusaha untuk mewujudkan mimpi itu. Usaha yang ia lakukan adalah menyisihkan uang belanja bulanan sedikit demi sedikit untuk ditabung. Entahlah, tunggu berapa tahun lagi uang yang ia tabung bisa mencukupi untuk pergi ke Tanah Suci.

Emak, itulah sebutan yang kami panggil kepadanya. Ia memiliki 7 orang anak dan 1 suami. Ia tidak muda lagi, goresan kerutan diwajahnya menggambarkan usianya yang semakin tua.

Tetangga depan, belakang, kiri dan kanan rumah emak semuanya sudah pergi ke Tanah Suci. Emak selalu diundang oleh tetangga – tetangganya kerumah, ketika mereka mengadakan hajatan untuk pergi ke Tanah Suci.

Emak tahu, tidak ada yang bisa ia harapkan kepada keluarganya untuk mengongkosi pergi ke Tanah Suci. Walaupun anak emak banyak, tapi mereka belum sanggup membiayai emak ke Tanah Suci. Karena tanggungan keluarga dan diri mereka masing – masing yang harus dinafkahi.
                                                            
Aku hanya bisa terdiam, ketika mulutnya berbicara tentang Tanah Suci. Pikiranku pun terhanyut dalam lamunan ceritanya. Emak sangat antusias sekali dan selalu mengakhiri  ceritanya dengan berdoa kepada ALLAH agar bisa berangkat ke Tanah Suci. Dan aku selalu mengamini dalam doanya.

Aku adalah salah satu dari ketujuh anak emak. Tidak ada yang istimewa didalam diriku, hanya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan dan masih belum tahu apa yang bisa aku tonjolkan untuk menjadi kelebihanku.

Aku suka membaca buku. Ibarat kata, toko buku adalah rumah keduaku. Dan aku selalu menyempatkan diri ke toko buku. Entah itu seminggu sekali, sebulan sekali atau beberapa bulan sekali.

Waktu berkunjung ke toko buku, tak sengaja aku membaca buku tentang Ibu. Didalam buku tersebut, beberapa tokoh public figure, politikus, seniman, budayawan dan aktivis menceritakan tentang Ibu mereka.

Dari awal aku membaca buku itu, hatiku tergerak dan tertarik untuk membaca lembaran halaman selanjutnya. Tak terasa mata ini sudah mulai sembab dan hati sangat tersentuh. Para tokoh yang terdapat dalam buku tersebut, sangat luar biasa mereka menceritakan tentang Ibu mereka.

Ada yang sudah membawa Ibu mereka ke tempat dimana Ibu mereka ingin mengunjungi tempat tersebut. Dan ada yang belum sempat membahagiakan dan mewujudkan mimpi Ibu mereka karena sudah keburu dipanggil sama Sang Pencipta.

Aku terdiam dan hati ini semakin pilu, apa yang sudah aku lakukan sama emak. Bukan aku durhaka sama beliau tapi membuat aku intropeksi diri dan merenung. Apakah aku sudah membahagiakan emak dan membantu mewujudkan mimpinya.    

Kalo aku disuruh menulis dan menceritakan tentang Emak. Ceritaku tidak kalah luar biasanya dengan mereka. Karena Emak adalah Pahlawan dalam hidupku.

Semenjak aku membaca buku itu. Aku mulai mendesain ulang rencana hidupku tahun ini. Prioritas pertama yang harus aku capai adalah “Wujudkan Mimpi Emak Ke Tanah Suci”. Target pertamaku yang sebelumnya menjadi prioritas kedua. Sebenarnya tahun ini aku mau melanjutkan kuliahku. Sedikit demi sedikit aku sudah mulai menabung uang hasil kerjaku dari tahun lalu.

Uang itu rencananya untuk bekalku dalam pembayaran uang kuliah kelak. Aku berpikir ulang dengan dana tabunganku untuk apa. Apakah dananya untuk membantu Emak ke Tanah Suci atau aku gunakan untuk kuliah.

Aku tidak boleh egois dan mementingkan diriku sendiri. Berkali – kali aku mempertimbangkan keputusan yang akan aku ambil. Aku mencoba untuk berasumsi dalam benakku, kalo tabungan ini aku gunakan untuk kuliah dan mengabaikan mimpi emak ke Tanah Suci. Apakah masih keburu waktu untukku membahagiakan Emak dengan mewujudkan mimpinya. Sedangkan kalo tabungan ini untuk membantu Emak  berangkat ke Tanah suci dan mengabaikan kuliahku ?. Memang seharusnya itu yang emak dapatkan Dan opsi kedualah yang lebih pantas aku ambil.

Masalah untuk kuliah lagi, aku bisa kapan aja untuk melanjutkan pendidikanku. Maksudnya, selagi aku diberi kesehatan dan rejeki yang lebih dari ALLAH. Insya ALLAH, aku bisa untuk kuliah. Tapi kalo aku menunda mimpi emak ke Tanah Suci ?!. Apakah aku sempat melihat wajah  kebahagiaan yang terpancar dari dalam dirinya. Atau aku akan menyesal seumur hidup  karena tidak sempat membahagiakan emak untuk berangkat ke Tanah Suci.

Akhirnya aku ikhlaskan semua tabunganku untuk membantu emak berangkat ke Tanah Suci. Mulailah aku membicarakan niatku ini ke Emak dan saudara-saudaraku. Ekspresi wajah emak sangat bahagia dan senang sekali ketika mendengar berita tersebut. Mimpinya akan terwujud untuk berangkat ke Tanah Suci. Walaupun emak belum bisa untuk berangkat Haji tapi dengan Umroh sudah cukup baginya.

Berita emak mau berangkat Umroh termasuk topik hangat didalam keluargaku. Kamipun sebagai anak saling bantu – membantu untuk mempersiapkan dokumen apa aja untuk keberangkatan ke Tanah Suci.

Mulai dari pengurusan passport sampe urusan uang jajan emak untuk disana sudah kami persiapkan.

Hati ini lega dan ada kepuasan dalam diriku. Biarlah aku mulai menabung dari nol lagi, asalkan Emak bisa berangkat ke Tanah Suci. Membahagiakan hati Emak tidak bisa diukur dengan nominal uang saja.

Emakpun akhirnya berangkat ke Tanah Suci bersama rombongan Tour & Travel...

Selamat jalan Emak, semoga ALLAH selalu melindungi dan menjagamu disana. Dan kembali pulang kerumah dengan selamat. AMIN....

Nb: Tulisan ini aku dedikasikan buat ibuku tercinta. :-)

You May Also Like

4 comments

  1. mantafff bro..kapan lagi kalo bkn sekarang,,
    sebaik-baiknya seorang anak, itulah anak yang berbakti kepada orang tua...LANJUTKAN.. :)

    ReplyDelete
  2. Anak yg berbakti... *terharu
    kapan ya aku bisa ngeberangkatin ibuku? -_-'

    ReplyDelete
  3. Walopun JAMILA, tapi senangnya tak terkira ...
    Uang bisa dicari, kesempatan tidak datang dua kali ...
    Ditunggu deh tulisan2 berikutnya ...

    ReplyDelete