Mama Muda yang Sudah Mendaki Dua Puluh Empat Gunung

by - Sunday, September 18, 2016

Haloo chai-readers...

Maaf, edisi bulan Agustus untuk postingan "Interview Ala2" diblog ini tidak sempat saya posting. Padahal bahannya sudah ada tapi saya yang malas untuk menulis. #Maap

*Maap, saya belum bisa konsisten untuk rajin menulis*

Sesuai dengan janji saya dipostingan "Interview Ala2" sebelumnya, topik yang akan saya angkat adalah mendaki gunung. Bintang tamu saya kali ini seorang mahmud (mamah muda) yang sudah mendaki dua puluh empat gunung. #warbiyasak

Saya belum pernah sama sekali mendaki gunung, jadi postingan ini menambah wawasan saya juga tentang gunung. *siapa tahu tertarik juga mendaki gunung*

Yuk, disimak wawancara saya...

- Halo teh lina apa kabar? Silahkan perkenalkan diri dulu ke pembaca blog saya.

Halo Chai Luk, terima kasih sudah memberikan kesempatan saya tampil di blog kecenya. Perkenalkan saya Lina W. Sasmita seorang emak-emak blogger yang hobby mendaki gunung meskipun tinggal di pulau Batam yang tidak ada gunung. Kampung halaman dari Garut Jawa Barat yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Alhamdulillah hingga sekarang sudah berkeluarga dengan satu putri yang kami panggil Chila.

- Sudah berapa gunung yang didaki ?

Waduh poin yang ini agak kurang enak nyebutinnya. Baiknya lihat di halaman depan blog saya saja deh, ada list semua gunung yang pernah saya daki :-D

*Silahkan chai-readers berselancar ke blognya teh lina www.linasasmita.com*

- Sejak kapan mulai mendaki gunung ?

Mulai mendaki sejak kelas 4 SD sewaktu mengikuti jambore pramuka di kampung halaman saya di Garut. Nama gunungnya Gunung Papandayan. Pertama kali menginjakkan kaki di gunung tersebut, jantung saya degdegan. Adrenalin terasa terpompa deras ke seluruh anggota tubuh. Sejak saat itu saya jatuh cinta kepada gunung. Segala sesuatu tentang gunung mulai saya sukai. Mulai dari menghafal nama-nama gunung di Indonesia dan negara lain melalui buku atlas hingga kerap terduduk bengong memandang puncak-puncak gunung sambil menghayal kapan bisa berada di puncaknya :-D

- Apa sih asiknya mendaki gunung itu Teh ?

Asyiknya mendaki gunung bagi saya adalah... jiwa kita bisa menyatu dengan alam. Terdengar utopis memang. Namun pengalaman batin seperti itulah yang sesungguhnya saya rasakan.

Sewaktu remaja, mendaki gunung menjadi jalan untuk menyalurkan energi yang dimiliki secara positif. Mengisi waktu luang dengan mengenal, memahami dan memaknai alam semesta. Dan sedikit demi sedikit mampu menumbuhkan kecintaan terhadap negeri sendiri.

Menginjak usia duapuluhan mendaki gunung telah menjadi sebuah hobby yang tidak bisa ditinggalkan lagi. Liburan selalu terasa tidak berharga jika tidak diisi dengan bertualang atau mendaki gunung. Minimal harus ada keluar masuk hutan atau setidaknya kemping di pantai dan pulau-pulau di sekitar Batam. Dari situ saya mulai belajar lebih banyak lagi tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan petualangan seperti belajar survival dan climbing.

Ilmu-ilmu dan pengetahuan yang saya peroleh tersebut meskipun baru sebatas dasar dan masih cetek namun ternyata sangat bermanfaat manakala dihadapkan dengan situasi darurat di alam. Seperti ketika saya tergantung di sebuah tebing di Gunung Sinabung dalam keadaan antara hidup dan mati yang kemudian mengambil keputusan tepat berdasarkan teknik-teknik dasar climbing yang pernah saya pelajari.

Contoh lainnya adalah ketika mendaki Gunung Rinjani tahun 2002 dimana tim pendaki terjebak badai petir dan hujan es di kawasan puncak, beberapa orang diantara kami hampir tidak dapat meneruskan perjalanan turun gunung karena terkena hipotermia. Lagi-lagi dengan sedikit pengetahuan yang pernah didapat, saya dan teman-teman akhirnya selamat dari bahaya. Alhamdulillah.

- Ceritakan dong teh tentang pengalamannya mendaki gunung ?

Sebagian sudah saya ceritakan jawaban di atas.

Pengalaman mendaki gunung kebanyakan di Pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu pernah juga gunung di Lombok dan Sumbawa. Di Luar Indonesia baru 2 gunung yang di Malaysia saja.

Biasanya saya mendaki gunung dengan beberapa orang dalam grup kecil saja. Kadang dua orang bahkan pernah juga sendirian.

Seringnya saya mendaki bertepatan dengan musim hujan. Jadi kerap kehujanan sepanjang jalur. Oleh sebab itu hujan senantiasa menumbuhkan kerinduan yang unik kepada gunung.

Mendaki gunung membentuk saya menjadi pribadi yang kuat baik secara fisik maupun psikis. Melatih kesabaran, dan tekun menggapai apa yang kita inginkan.

- Gunung mana yang ingin banget didaki ?

Gunung Cartenz Piramyd di Papua. Karena gunung ini merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan menjadi salah satu tujuan pendaki-pendaki dunia yang mengejar prestise di Seven Summit in Seven Continent.

- Oiya, chila sudah mendaki ke gunung mana aja teh ?

Chila baru diajak ke Bromo, Semeru, dan Prau saja.

*Ya ampun, om chai aja belum pernah loh sama sekali mendaki gunung chil...*

- Pernah nggak teh mendaki gunung tapi tidak sampai ke puncak?

Pernah. Gunung yang pertama kali dan malah yang paling sering didaki. Gunung Papandayan. Kalau ke Papandayan biasanya cuma kemping di Pondok Saladah saja tidak pernah ke puncaknya.

- Bagaimana perasaannya setelah mencapai puncak ?

Perasaan setelah mencapai puncak tentu lega dan bahagia. Karena berdiri di sana merupakan sebuah pencapaian. Namun, puncak itu seperti candu. Ketika kita berdiri di atasnya, hal yang terbersit dalam fikiran adalah puncak mana lagi yang akan digapai berikutnya.

- Gunung mana nih teh yang cocok untuk pendaki pemula ?

Gunung yang cocok untuk pemula sepertinya Gunung Bromo. Keindahannya dapat, suasana gunungnya dapat dan tidak memerlukan energi yang besar untuk berjalan kaki. Tentu saja Bromo mudah karena kendaraan yang bisa mencapai beberapa spot. Selanjutnya ada Gunung Papandayan. Jalur pendakiannya mudah dan dapat ditempuh kurang dari 2 jam. Untuk di sekitar Jabotabek ada Gunung Gede. Karena jalurnya tidak sulit meskipun agak menanjak. (Namanya saja daki gunung ya menanjak dong :-D)

- Kasih tips teh buat para pendaki pemula ?

Tipsnya, sebelum mendaki pastikan latihan dan olahraga terlebih dahulu. Terutama latihan kekuatan kaki dan nafas. Setelah itu persiapkan hal-hal basic yang harus kamu bawa terutama perlengkapan pribadi. Seperti ransel/keril, sepatu gunung, baju hangat/jaket gunung, rain coat, sleeping bag, minum dan makanan. Sebelum mendaki ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu karakteristik gunung tersebut apakah hutannya rapat, atau terbuka. Pelajari ilmu-ilmu dasar tentang survival. Ikuti jalur yang sudah ada, turun dan naik harus tetap menggunakan jalur yang telah dibuat. 






***

Terima kasih teh lina sudah mau menjadi bintang tamu diblog ini. Dan postingan selanjutnya saya akan membahas... #masihrahasia 

Sampai jumpa dipostingan saya selanjutnya. :-)

*Silahkan yang mau baca "Interview Ala2" dengan bintang tamu saya yang lainnya disini (KLIK)*

 

You May Also Like

7 comments

  1. wahhh keren.... thanks chai sudah berbagi cerita, thanks teh lina sudah berbagi tips naik gunung nya. perlu nyobak naik gunung nih 😊

    ReplyDelete
  2. Wahaha...interview Agustus baru tayang September :D

    ReplyDelete
  3. duh makin ngefans lah sama mama muda ini, itu si chila keliatan bakalan ikut ngehits penoreh sejarah dalam pendakian gunung entar...kerennn kali

    ReplyDelete
  4. kalo sudah pecinta gunung ya...sudah berkeluarga pun masih bisa mendaki...bahkan anaknya pun dibawa...bersyukur ya keluarga mensupport hobby teh lina...

    ReplyDelete
  5. Keren interviewnya....
    Makanlah tumbuhan yg bisa dimakan monyet niscaya itu tak beracun...itu sedikit bocoran ilmu survival dari sebelah...

    ReplyDelete
  6. wahh naik gunung sudah dari kelas 4 sd berarti sudah berepengalaman sekali ya..

    ReplyDelete