Kita Versus Korupsi: "Penyakit yang sudah mendarah daging"

by - Tuesday, July 17, 2012


Sebuah film yang berisi 4 cerita pendek tentang Penyakit korupsi. Penyakit ini memang sudah melekat atau mendarah daging dibangsa ini. Dan sudah menjadi rahasia umum penyakit ini menggerogoti didalam tubuh pemerintahan kita.

Penyakit ini bisa menyerang dan menular kepada siapa saja. Dan obatnya hanya ada didalam diri kita, untuk mencegah penyakit ini kita harus memulai dari diri kita sendiri membiasakan berbuat jujur dan benar sesuai dengan prosedurnya. 

Dari segi cerita, ke empat film cerita pendek ini sangat bagus dan dialognya sangat menyentil bagi kita yang menonton. Dan didukung oleh jajaran bintang atas yang berakting sangat luar biasa dalam menghidupi peran dalam karakter mereka masing-masing. 

Saya akan mengulas ke empat film cerita pendek ini satu persatu. 
   
  1. Rumah Perkara – Sutradara Emil Heradi
Seorang pejabat daerah berkampanye dengan janji-janji manisnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran dalam membangun fasilitas umum desa biar dinikmati oleh warganya. Setelah terpilih oleh warga, janji-janji hanya tinggal janji…

Satu persatu warganya harus pindah dari kampung halamannya karena lahan tanah mereka akan dibangun sebuah perumahan, ruko dan mall. 

Pak Yatna (Teuku Rifnu Wikana) sebagai lurah desa, tidak mau memperjuangkan warganya dalam mempertahankan lahan tanah milik warga. Dia malah mentandatangani surat persetujuan dengan PT. Jaya Bersama sebagai developer untuk membangun perumahan, ruko dan mall diatas lahan tanah warganya. 

Spoiler
*Bos PT. Jaya Bersama sudah melakukan kongkalikong sama Pak Yatna sebelum menjadi lurah*

“Bapak ini jagoan atau penjahat ?” – Iqbal ‘anaknya Pak Yatna’

“Kang, jadi lurah itu harus melindungi warganya. Yang susah dibantu, yang sakit diobati” - Istrinya Pak Yatna

2.       Aku padamu – Sutradara Lasja F. Susatyo

Sepasang muda-mudi yang berniat untuk kawin lari, tapi sesampainya dikantor KUA niat mereka terhambat karena tidak memiliki foto copy kartu keluarga. Vano (Nicholas Saputra) ingin menggunakan jasa calo dikantor KUA biar urusan mereka lancar. Laras (Revalina S Temat) sebagai kekasih melarangnya, dia teringat dengan gurunya Pak Markun (Ringgo Agus Rahman) waktu SD.

Pak Markun adalah seorang guru honor yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri di pedesaan. Orangnya sangat sederhana, jujur dan ikhlas dalam mengajar. Cuma dia yang tidak memberikan uang suapan ke Bapak Laras supaya diangkat menjadi PNS.

Karir Pak Markun pun harus berakhir jadi guru honor Sekolah Dasar. Tapi niat dia untuk dekat bersama anak – anak murid tidak padam, dia mencoba berahli profesi menjadi badut didepan gerbang sekolah. Akhirnya dia meninggal dalam keteguhan prinsip hidupnya untuk selalu jujur dalam menjalani kehidupan.
Kejujuran pak markun inilah yang selalu diingat oleh Laras.

Jadikah Vano dan Laras menikah ?

“Nah, jadi kita itukan cerminan dari Rumah kita yah… kalo, misalnya kita suka bohong dirumah berarti kita juga diluar suka bohong.” Pak Markun

Vano: “Aku tuh kalo bisa kawin detik ini sama kamu, tapi aku maunya detik ini juga dan aku akan ngelakuin apa saja untuk itu. Itu salah ?”

Laras: “Iya salah, karena kamu belum usaha yang besar terus menyogok orang dalam aja kayak gitu. Kalo TUHAN saja kamu sogok gimana entar.” 

3.       Selamat Siang ! Risa – sutradara Ine Febriyanti

Risa memiliki bapak yang sangat jujur dalam bekerja. Bapaknya tidak terpengaruh oleh lingkungan tempatnya bekerja untuk menerima suapan. Walaupun dia sering melihat teman-temannya melakukan transaksi suap-menyuap untuk membantu pengusaha menimbun barang dagangannya.

Film ini berlatar tahun 1970-an, dimana Indonesia lagi mengalami krisis ekonomi dan beras susah untuk didapatkan. 

Arwoko (Tora Sudiro) menolak mentah-mentah suapan dari ko abeng (Verdy Solaiman) pengusaha beras. Dia mau meminjam gudang di tempat Arwoko bekerja untuk menimbunan beras dari pasaran. Pilihan yang sangat sulit untuk Arwoko menolak suapan dari ko abeng, karena dia juga butuh beras untuk makan dan uang untuk berobat anak keduanya yang masih balita sedang sakit.

Sifat kejujuran inilah yang diturunkan Arwoko ke anaknya Risa (Medina Kamil), dia tidak mau menerima suapan dari orang karena mengingat sifat bapaknya yang jujur. Tanggung jawab pekerjaan Risa sekarang sama seperti bapaknya dulu, Risa jadi Kabag perizinan sedangkan Arwoko pemegang kunci gudang. Mereka sama-sama memiliki tanggung jawab untuk memberikan perizinan fasilitas perusahaan. 

“Semua orang butuh uang, semua orang lagi susah, semua orang butuh makan. Butuh beras, tapi kenapa malah orang yang sesukses ko abeng ini kok malah mau menimbun beras ? Mungkin saya goblok ko, mungin saya salah. Tapi kesalahan dan kebodohan saya nggak akan saya sesali sampai mati”  *sambil mengembalikan uang dari ko Abeng* - Arwoko 

“Semuanya kembali dari asal, darimana kita… bagaimana kita berasal. kebaikan lahir dari kebaikan sebelumnya, hal yang mungkin absurd dijaman ini. Tapi minimal ada yang masih mampu bertahan” – Raisa

4.       Psssstttt... Jangan bilang siapa-siapa – Sutradara Chairun Nissa

Penyakit korupsi yang melanda didunia pendidikan di Negara kita memang cukup parah. Ada permainan uang antara pihak sekolah dengan penjualan buku pelajaran disekolah. Siswa/siswi wajib beli buku pelajaran disekolah, dimana harganya sedikit lebih mahal dari harga pasaran. Dan keuntungan uang penjualan buku pelajaran sekolah tersebut dibagi rata oleh pihak sekolah.  

Gita (Alexandra Natasha) adalah siswi SMU yang memiliki camera baru dari hasil tabungannya sendiri selama setahun. Walaupun teman-temannya mencibir terlalu lama untuk memiliki sebuah camera baru itu, tapi Gita bangga dengan cara dia untuk mendapatkan keinginan barang impiannya itu dengan jalannya sendiri.

Ternyata korupsi sudah mendarah daging dari keluarga Olla (Siska Selvi Downsen), mulai dari bapak dan ibunya memang sudah terbiasa dengan memanipulasi dana.

“Ternyata, banyak rahasia disekitar kita lho…” - Gita

“Kok mereka merasa bener yah ? Ehhhhmmm… menurut kalian siapa yang salah ?” - Gita 

Film yang sangat di Rokomendasikan untuk ditonton semua kalangan...

You May Also Like

0 comments