Menjadi Tour Leader Dadakan

by - Tuesday, November 29, 2022


Jadi, pas liburan kemaren saya mengambil pekerjaan menjadi “Tour Leader”. Lucu sih, dari status WA teman saya yang temannya lagi butuh Tour Leader. Terus, saya chat dia tentang kabar tersebut. Disuruh chat ke nomor teman, temannya lagi. Entahlah, sudah ke pihak berapa jatuhnya. Huahahahahahaaa…

Saya chat dengan memperkenalkan diri dan menawarkan diri bersedia untuk menjadi tour leader 3 hari 2 malam di dua negara yaitu Singapore dan Malaysia ke nomor tersebut. Chat WA pun langsung dibalas, dia bilang kalo Tour Leader yang dicari sudah dapat orangnya. Ya sudahlah, bagi saya itu belum rejeki saya. Padahal saya juga sudah kangen untuk jalan – jalan ke Singapore dan Malaysia.

Terus, beberapa hari kemudian. Yang punya tour dan travel chat saya karena tamunya mendadak ganti jadwal keberangkatan. Tour Leader sebelumnya tidak bisa karena hari keberangkatannya di hari kerja bukan akhir pekan. Namanya rejeki ternyata tidak kemana yah Chai-Readers?!. Kalo emang rejeki kita mah bakalan datang ke kita lagi.

Tapi… Dadakan. Minggu sore ketemu sama yang punya tour dan travel-nya, Senin pagi saya harus berangkat tugas ke Singapore untuk menjemput tamunya. Semua itinerary dan pesan hotel penginapan dilakukan Minggu sore itu juga. Yah, saya kelabakan juga lah. Sudah lama nggak menginjakkan kaki ke Singapore dan Malaysia.

Mana dari Singapore ke Malaysia melalui transportasi umum naik bus lewat woodlands ke Larkin Johor Bahru (Malaysia). Bukan langsung naik bus dari Singapore ke Kuala Lumpur. Jadi, nanti di larkin baru naik bus ke Kuala Lumpur.

Perjalanan saya menjadi Tour Leader tidak semulus muka – muka artes koreyah yang ada di drakor sodara – sodariku sebangsa dan setanah air. Di hari kedua, tamunya ngambek nggak mau lanjutin perjalanan ke Kuala Lumpur. Padahal sudah di station MRT Bugis tinggal berangkat ke MRT Woodlands.

Tarik ulurnya cukup alot antara tamu dengan yang punya tour dan travel-nya. Masalah transportasi, tamunya keberatan naik transportasi umum. Karena harus jalan kaki yang lumayan capek sambil bawa barang bawaannya.

Jujurly, sebelum berangkat bertugas dan pada saat ketemu dengan tour dan travelnya yang kasih tugas dadakan ini. Saya pun sempat ragu untuk ambil pekerjaan ini. Karena serba dadakan, belum lagi saya juga tidak tahu karakter tamunya seperti apa.

Melihat itinerary-nya Cuma flash backpacker doang. Sekilas doang ke tempat – tempat wisata yang umum dikunjungi. Alias Cuma numpang poto doang disitu. Nggak ada masuk ke wahana apapun. Saya sempat berceletuk “Kalo itinerary kek gini mah nggak perlu tour leader, jalan sendiri juga bisa.”.

Tahu kan kalo naik MRT di Singapore itu… Ibaratnya, jalan ke stasiun MRT-nya 2 kilo, naiknya Cuma 2 menit doang. Baru juga Tarik napas, eh udah sampai aja ke statiun MRT yang dituju.”. Helaan napas ngos-ngosannya tak sebanding dengan kecepatan MRT-nya. -__-“

Dari saya sendiri sebagai tour leader, yang punya tour dan travelnya, dan tamunya punya sudut pandang masing – masing untuk berkeluh - kesah. Tamunya menganggap, sudah bayar mahal paket tournya tak sebanding dengan yang didapat. Dari yang punya tour dan travelnya, lah duit segitu mah memang pas-pasan untuk jalan – jalan ke dua negara tersebut. Kalo mau lebih mah tambah lagi dong. Nah, sayanya yang bekerja langsung dari lapangan… Cuapek poll antara jiwa dan raga. Ya Allah, nyarik duit kok gini-gini amat yak. Tapi harus tetap ramah dan tersenyum didepan tamunya. Prreeeetttttttttt…..

Balik lagi cerita tamunya mogok naik MRT, jadi hari kedua di Singapore itu Cuma setengah hari. Setengah hari lagi bakalan habis perjalanan ke Malaysia. Saya kasih waktu satu jam untuk belanja oleh - oleh ke Bugis Junction. Malah molor menjadi dua jam, belum lagi makan siang. Saat, makan siang di daerah bugis itu lah mereka merasa keberatan untuk melanjuti perjalanan. Mereka merasa naik publik transportasi khususnya MRT di Singapore itu kok capek banget.

Pengennya carter mobil gitu, langsung diturunkan ditempat tujuannya tanpa harus berjalan kaki jauh lagi. Padahal, dari awal persetujuannya emang naik publik transportasi. Usut punya usut, akar permasalahannya itu terjadi diawal karena miss communication. Jadi begini ceritanya, si tamu membeli paket tour dari A jalan – jalan ke Singapore dan Malaysia, Si A ini lemparkan ke tour dan travel B. Nah, komunikasi dari si B ke A tidak tersampaikan dengan baik ke tamunya. Komunikasi tamu ke A pun tidak begitu lancar. Karena si A kalo balas chat dari si tamu lama banget (ampe berhari – hari).

Briefing dari B tidak tersampaikan dengan sempurna ke tamunya, terjadilah miss communication ini pas di Hari H. Saya sudah tahu dan bayangin kalo perjalanan ini bakalan capek dan melelahkan banget. Lagian, tipe tamunya ini jalan santai banget. Dikasih waktu suka molor… Banyak banget waktu yang terbuang disuatu tempat karena kebanyakan poto-poto doang. Maklum, orang baru pertama kali jalan – jalan ke Singapore. Kan di Singapore banyak tempat – tempat spot yang kece, terus gratis lagi.

Tamunya satu keluarga (Bapak, Ibu dan Balita), mereka dari luar Batam. Jadi, saya menjemput mereka dari bandara Changi – Singapore. Sumpah yah, orang introvert kek saya harus menjadi teman seperjalanan beberapa hari yang saya baru ketemu saat itu juga rasanya… Deg-degan banget. Saya tidak tahu karakter mereka seperti apa, tipe perjalanan mereka seperti apa, gambling banget lah.

Akhirnya sih mereka mengalah dan mau ikutin itinerary yang telah dibuat. Itu, waktunya sudah sore banget lho… Sampai di Kuala Lumpur ditengah malam, besok paginya harus tour kota seharian. Di Kuala lumpur mereka cuma satu hari doang. Malam harinya mereka harus melanjutkan perjalanan liburan ke Bali naik pesawat dari Kuala Lumpur.

Di Kuala lumpur ada drama juga lah. Pas, naik cable car ke Genting. Kan tiketnya itu PP. Nah, yang kami naik ini cable car yang lama, yang baru lagi di maintenance pas hari itu. Mana rute perjalanannya lebih Panjang, pintu cable car-nya pun tidak bisa tertutup rapat. Sumpah horror banget, belum lagi kita berada diketinggian yang cukup curam. Saya dan tamunya berasa lagi uji nyali menantang maut sih, serem banget karena cable car-nya goyang-goyang kek mau jatuh. Jadi, tamunya merasa tidak berani untuk turun Kembali naik cable car-nya.

Untung di Kuala Lumpur carter mobil beserta pemandunya, jadi tidak terlalu capek mau kemana – mana dari pada di Singapore. Suruh naiklah mobil carterannya itu ke atas Genting Highland, terus pemandunya minta extra tambahan biaya. Awalnya mau ditalangin oleh tamunya, pas pemandunya minta biaya tambahan tersebut sebelum si tamunya naik ke pesawat. Tamunya bilang, biaya tambahan dilimpahkan ke tour dan travel-nya. :-P

Tugas saya berakhir sampai mengantarkan mereka ke Bandara Kuala Lumpur. Huft, rasanya lega banget… Setelah minta maaf dan salaman ke mereka hati saya menjadi plong. Terus, kapok deh menjadi tour leader lagi. :-p

You May Also Like

2 comments

  1. Ya Alloh, kasian banget lu. Kalah nasib bawang putih dibuatnya.

    Ya gapapa lah kan dibayar 25juta buat nemenin jalan kayak gitu doang.

    Btw, Bika Ambon gue manah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keras banget nyarik duit di Dunia ini broh..... Ampe segitunya lah, dimana-mana akutu tetap menjadi hamba sahaya. -_-"

      Delete