Surat buat kamu dari saya
Dear kamu,
Hi kamu, apa kabar ? Sudah lama
kita tidak bertegur sapa dan bertukar cerita melaui telpon atau SMS. Masih
ingat kah kamu, sebelum kamu memutuskan untuk tidak mau berkomunikasi lagi
dengan saya. Dulu saya sering menelpon ataupun SMS kamu untuk menanyakan kabar,
sedang apa atau hanya sekedar basa-basi untuk mencari perhatian kamu. Dan saya
sangat senang, ketika kamu mau menjawab dan menanggapi semua pertanyaan atau
pernyataan yang saya pernah utarakan.
Perkenalan kita memang cukup
singkat, hampir 4 bulan kita dekat. Diwaktu yang singkat itu, saya mencoba untuk
mengenal kamu lebih dalam dan memahami karakter kamu. Saya bersyukur bisa
mengenali kamu lebih jauh. Walaupun hubungan kita Cuma sebatas pertemanan dan
kamu belum bisa membukakan hatimu buat saya. :-)
Oiya, liburan kemaren saya datang
ke kota mu. Pasti kamu masih ingat kan ?! Ketika sebulan sebelum keberangkatan
liburan saya dan teman-teman, saya bilang mau liburan ke kota mu. Dan saya
minta kita bisa bertemu. Maklum, saya dan kamu selama ini berkomunikasi cuma
lewat suara atau tulisan singkat saja melalui telepon seluler. Bahkan, kita
belum pernah sama sekali bertemu dan beratap muka langsung.
Saya sudah membayangkan kalo kita akan berjumpa dan hubungan kita kedepannya akan menjadi lebih dari sekedar
pertemanan. Indah sekali kalau saya membayangkannya. Ah, itu cuma skenario kecil
yang saya buat. Dan ternyata TUHAN memiliki skenario lain yang telah DIA buat
untuk kita. Entah kenapa, sikap kamu menjadi berubah ke saya beberapa minggu sebelum
saya mau liburan ke kotamu.
Kamu tidak lagi mau menjawab
telpon atau SMS dari saya. Saya pun bingung atas sikap kamu seperti itu.
Padahal, hubungan kita beberapa hari sebelumnya baik-baik saja. Sampai saat
ini, saya pun masih belum mendapatkan penjelasan langsung dari kamu.
Tahu kah kamu… Saya merasa sedih
dan hati ini hancur atas tindakan yang telah kamu lakukan itu kepada saya. Saya
sudah berkali-kali mencoba menelpon kamu, tapi kamu tetap tidak mau mengangkatnya.
Dan SMS saya pun enggan juga kamu membalasnya.
Dengan usaha apalagi yang harus
saya lakukan agar bisa berkomunikasi dengan kamu. Kita memang dipisahkan oleh
samudra tapi masih satu naungan dengan langit yang sama. Sampai akhirnya, saya
menyerah untuk memperjuangkan cinta saya ke kamu. Saya menulis SMS untuk
terakhir kalinya ke kamu kalau saya tidak akan mengganggu kamu lagi dalam
bentuk apapun dan minta maaf kalo saya ada salah kepadamu. Kamu pun mau
membalas SMS terakhir itu dengan menanggapinya tidak serius.
Hati saya benar-benar hancur
untuk malam itu, saya ingin menangis tapi air mata ini enggan untuk menetes.
Ternyata patah hati itu sakit, pilu dan sesak dihati. Saya harus merelakan,
mengikhlaskan dan melepaskan cinta saya bukan lagi buat kamu. Ruang dihati ini
kembali kosong, sepi dan sunyi karena kamu enggan untuk menempatinya.
Dari kejadian ini saya belajar
bahwa memberikan cinta kita ke orang lain harus ikhlas tanpa pamrih.
Tapi sekarang hati dan pikiran
saya sudah mulai terbiasa lagi tanpamu. Saya belajar untuk melupakanmu tapi
selalu gagal. Ternyata kamu itu tidak bisa dilupakan, akan selalu jadi kenangan
terindah dihati saya.
Oiya, saya akan menceritakan
liburan saya ke kotamu. Bersyukurlah kamu dititipkan oleh TUHAN untuk tinggal
disana. Dikotamu banyak sekali terdapat pantai yang cantik, indah dan bagus.
Sampai-sampai saya pun jatuh hati sama pantai yang ada dikotamu. Pasirnya
sangat putih dan halus, air lautnya pun bening dan berwarna biru. Nikmat TUHAN
mana yang saya dustai karena bisa menyaksikan pantai seindah itu.
Ketika pertama kali saya
menginjakkan kaki ke kotamu. Saya disambut oleh hujan, semesta pun mendukung
agar saya bisa melupakanmu. Biarlah tetesan hujan ini yang menghapus jejak mu.
Mungkin begitulah TUHAN dan semesta berkonspirasi.
Dan saya harus memasang topeng
kebahagian agar tidak kelihatan kesedihan diraut wajah saya kepada teman-teman
saya. Saya mencoba tersenyum berlibur ke kotamu bersama mereka, walaupun hati saya
masih menangisi kehilangan kamu. :-)
Ditepi pantai saya mencoba buang
jauh-jauh kenangan tentang kamu. Tapi, sejauh apapun saya buang kenangan itu ke
samdura. Ia akan tetap tedampar ketepian pantai yang dibawa oleh ombak.
Kenangan itu tidak akan hilang, tapi juga tidak akan kembali lagi.
Saya ucapkan terima kasih banyak
buat kamu yang telah mau berteman sama saya selama hampir 4 bulan. Dan saya
yakin, setiap peristiwa atau kejadian pasti akan selalu ada hikmahnya. Saya
bersyukur memiliki TUHAN yang selau ada untuk mendengarkan curhatan saya. :-)
*sekarang saya lagi menata hati
dan selalu berhati-hati untuk memberikan hati*
Hormat saya,
0 comments